Rumus Analisis Break Even :
BEP = Total Fixed Cost / (Harga perunit - Variabel Cost Perunit)
Namun
ada juga yang membuat pengertian break even point sebagai berikut :
1).
Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat
diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak
memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan = Total biaya).
2).
Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost Volume
Profit Analysis. Arti penting analisis break even point bagi menejer perusahaan
dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu :
a. Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi
agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
b. Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk
mendapatkan laba tertentu.
c. Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa
ditolerir agar perusahaan tidak menderita rugi.
3).
Menurut Purba (2002) Titik impas (break even) berlandaskan pada pernyataan
sedarhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut.
4).
Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu
apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu,
perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita
kerugian.
5).
Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan
tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan
penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total
penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.
6).
Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat penjualan
yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even
tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama
untuk menentukan break even adalah membagi harga pokok penjualan (HPP) dan
biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap merupakan
fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan
berdasarkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung
langsung dengan penjualan, bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut
barang.
Jenis-jenis Break Even Point ( BEP )
1. Break Even
Chart
Suatu peta yang menggambarkan
grafik-grafik yang terdiri atas kurva jumlah seluruh biaya ( tetap dan variabel
) dan kurva pendapatan pada tiap tingkatan produksi, perpotongan kedua
kurva adalah “titik kembali pokok” (titik yang berpotongan dari 2 garis lurus
yang sama besar wilayahnya).
2. Break Even
Equation
Suatu persamaan yang dinyatakan
dengan rumus :
Penjualan pada titik kembali
pokok
FC= 1- Pct VC
Keterangan :
FC
= biaya tetap
Pct VC =
Persentase biaya variabel terhadap penjualan
3. Break Even
Function
Fungsi kembali pokok yang
dirumuskan sebagai berikut :
FC
S
= ( 1 – VC )
Keterangan :
S
= Jumlah penjualan
FC = Biaya
tetap
VC = Rasio
biaya variabel terhadap jumlah penjualan yang diharapkan.
Syarat-syarat Analisis
BEP :
1. Harga jual tidak berubah-ubah.
2. Seluruh biaya dapat dibagi ke dalam biaya tetap dan
biaya variabel.
3. Biaya variabel bersifat proposional.
4. Jika barang yang diproduksi lebih dari satu jenis,
maka komposisi barang yang dijual tidak berubah-ubah.
Manfaat BEP :
1. Alat perencanaan untuk hasilkan laba
2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume
penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat
penjualan yang bersangkutan.
3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
4. Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik
yang mudah dibaca dan dimengerti
5. Mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus
dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
6. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh
keuntungan tertentu.\
7. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan
tidak menderita rugi.
8. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual,
biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
Kompenen yang berperan pada BEP yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini.
Ada 2(dua) alasan
mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini:
1. Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas.
2. Perusahaan-perusahaan telah menemukan bahwa informasi
yang didapat dari metode titik impas ini sangat menguntungkan di dalam
pengambilan keputusan.
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :
1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional
serendah-rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kunatitas.
2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan
laba yang dikehendaki.
3. Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.
Kegunaan Break Even Point
Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhui. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
1. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat
dikelompokan dalam biaya variabel dan biaya tetap.
2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah
secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa
biaya variabel per unitnya adalah tetap.
3. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah
meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya
tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
4. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per
unit produk yang diproduksi.
5. Harga jual produk per unit tidak berubah dalam
periode tertentu.
6. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk,
apabila lebih dari satu jenis komposisi masing-masing jenis produk dianggap
konstan (tetap).
Analisa
break even point juga dapat digunakan oleh pihak menejemen perusahaan dalam
berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai :
1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan
tidak mengalami kerugian.
2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan
tidak mengalami kerugian.
3. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan
volume yang terjual agar perusahaan tidak menderita kerugian.
4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya
maupun volume penjualan terhadap laba yang diperoleh.
1. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan
akan beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel
dengan biaya tetap.
2. Menelaah impak dari
perluasan tingkat operasi secara umum.
3. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang
harus dicapai jika perusahaan menginginkan break even point dalam suatu proyek
yang diusulkan.
Menurut Harahap (2004) Dalam analisa laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus break even point untuk mengetahui :
Menurut Harahap (2004) Dalam analisa laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus break even point untuk mengetahui :
1) Hubungan antara penjualan biaya dan laba.
2) Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya
variabel.
3) Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan
biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.
4) Untuk mengetahui hubungan antara cost, volume, harga
dan laba.
Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
Kelemahan Analisa Break Even Point
Sekalipun
Analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat
dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari
analisa break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity,
kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek.
(Soehardi,2004).
a.
Asumsi tentang linearity
Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit, tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain, tingkat penjualan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan jalan menurunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan garis renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung. Disamping itu variabel operating cost per unit juga akan bertambah besar dengan meningkatkan volume penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini bisa saja disebabkan karena menurunnya efesiensi tenaga kerja atau bertambah besarnya upah lembur.
Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit, tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain, tingkat penjualan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan jalan menurunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan garis renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung. Disamping itu variabel operating cost per unit juga akan bertambah besar dengan meningkatkan volume penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini bisa saja disebabkan karena menurunnya efesiensi tenaga kerja atau bertambah besarnya upah lembur.
b.
Klasifikasi biaya
Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini tetap sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah melewati titik tersebut.
Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini tetap sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah melewati titik tersebut.
c.
Jangka waktu penggunaan
Kelemahan lain dari analisa break even point adalah jangka waktu penerapanya yang terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi selama setahun.
Kelemahan lain dari analisa break even point adalah jangka waktu penerapanya yang terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi selama setahun.
1. Pendekatan persamaan
_ Y=cx – bx – a
_ Y=cx – bx – a
Keterangan
:
_ Y = laba
_ c = harga jual per unit
_ x = jumlah produk
_ b = biaya variabel satuan
_ a =biaya tetap total
_ cx = hasil penjualan
_ bx = biaya variabel total
_ X(BEP dalam unit) = a/(c-b)
_ CX(BEP dalam unit) = ac/(c-b) = a/(1 – b/c)
_ Y = laba
_ c = harga jual per unit
_ x = jumlah produk
_ b = biaya variabel satuan
_ a =biaya tetap total
_ cx = hasil penjualan
_ bx = biaya variabel total
_ X(BEP dalam unit) = a/(c-b)
_ CX(BEP dalam unit) = ac/(c-b) = a/(1 – b/c)
2. Pendekatan Marjin Kontribusi
Pendekatan margin kontribusi didapat dengan mengurangkan nilai penjualan total (total revenue =TR) dengan biaya variabel total (total Variabel cost = TVC) dan mengurangkan harga jual per unit dengan biaya variabel.
Pendekatan margin kontribusi didapat dengan mengurangkan nilai penjualan total (total revenue =TR) dengan biaya variabel total (total Variabel cost = TVC) dan mengurangkan harga jual per unit dengan biaya variabel.
3. Pendekatan Grafik
Dalam pendekatan grafis, BEP digambarkan sebagai titik potong antara garis penjualan dengan garis biaya total (Biaya total = Biaya tetap + Biaya variabel)
Dalam pendekatan grafis, BEP digambarkan sebagai titik potong antara garis penjualan dengan garis biaya total (Biaya total = Biaya tetap + Biaya variabel)
Jenis
– Jenis Biaya dalam Menghitung BEP
1. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
Contoh dalam perusahan furniture
_ Biaya perlengkapan
_ Biaya bahan bakar
_ Biaya sumber tenaga
_ Biaya perkakas kecil
_ Asuransi aktiva tetap dan kewajiban
_ Gaji satpam dan pesuruh pabri
_ Biaya perlengkapan
_ Biaya bahan bakar
_ Biaya sumber tenaga
_ Biaya perkakas kecil
_ Asuransi aktiva tetap dan kewajiban
_ Gaji satpam dan pesuruh pabri
2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
Contoh dalam perusahan furniture
_ Biaya penyusutan
_ Gaji eksekutif
_ Pajak bumi dan bangunan
_ Amortisasi paten
_ Biaya penerimaan barang
_ Biaya komunikasi
_ Upah lembur
_ Biaya penyusutan
_ Gaji eksekutif
_ Pajak bumi dan bangunan
_ Amortisasi paten
_ Biaya penerimaan barang
_ Biaya komunikasi
_ Upah lembur
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi
Rumus BEP
Untuk menghitung BEP kita bisa hitung dalam bentuk unit atau price tergantung untuk kebutuhan.
Atas
dasar unit
Atas
dasar sales dalam rupiah
FC : Biaya Tetap
P : Harga jual per unit
VC : Biaya Variabel per unit
Adapun rumus untuk menghitung Break
Even Point ada 2 yaitu :
1. Rumus
BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break Even
Point :
Total Fixed Cost
__________________________________
Harga jual per unit dikurangi variable cost
Contoh :
Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,-
Variable cost Rp.5,000 / unit
Harga jual Rp. 10,000 / unit
Maka BEP per unitnya adalah
Rp.200,000
__________ = 40 units
10,000 – 5,000
Artinya perusahaan perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi break even point. Pada pejualan unit ke 41, maka took itu mulai memperoleh keuntungan
Total Fixed Cost
__________________________________
Harga jual per unit dikurangi variable cost
Contoh :
Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,-
Variable cost Rp.5,000 / unit
Harga jual Rp. 10,000 / unit
Maka BEP per unitnya adalah
Rp.200,000
__________ = 40 units
10,000 – 5,000
Artinya perusahaan perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi break even point. Pada pejualan unit ke 41, maka took itu mulai memperoleh keuntungan
2. Rumus
BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP
:
Total Fixed Cost
__________________________________ x Harga jual / unit
Harga jual per unit dikurangi variable cost
Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus diterima agar terjadi BEP adalah
Rp.200,000
__________ x Rp.10,000 = Rp.400,000,-
10,000 – 5,000
Total Fixed Cost
__________________________________ x Harga jual / unit
Harga jual per unit dikurangi variable cost
Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus diterima agar terjadi BEP adalah
Rp.200,000
__________ x Rp.10,000 = Rp.400,000,-
10,000 – 5,000
Contoh :
Misalnya ada perusahaan konveksi kaos kaki murah yang harga satu buah kaos kaki adalah Rp. 10.000 dengan biaya variabel sebesar Rp. 5.000 per kaos kaki dan biaya tatap sebesar Rp. 10.000.000
BEP = 10.000.000 / (10.000 - 5.000)
BEP = 20.000
Jadi diperlukan memproduksi 20.000 kaos kaki untuk
mendapatkan kondisi seimbang antara biaya dengan keuntungan alias profit nol.
Pada Kasus CV. Donut Kotak
Harga Jual per unit Rp. 5.000
Biaya variabel Per Unit Rp. 3.000
Margin kontribusi Rp. 2.000
BEP(unit) = (Biaya tetap Total : Margin kontribusi per unit)
BEP(unit) = 7.500.000/2.000 = 3.750 unit
_ BEP (rupiah)
Terlebih dahulu harus dihitung Rasio Margin Kontribusi
_ Harga penjualan per unit Rp. 5.000,- 100 %
_ Biaya Variabel per unit Rp. 3.000,- 60 %
_ Margin kontribusi Rp. 2.000,- 40 %
Ratio margin kontribusi = 0,40
BEP (rupiah)= (Biaya tetap Total : Rasio Margin kontribusi)
= Rp. 7.500.000/0,40
= Rp. 18.750.000,-
Harga Jual per unit Rp. 5.000
Biaya variabel Per Unit Rp. 3.000
Margin kontribusi Rp. 2.000
BEP(unit) = (Biaya tetap Total : Margin kontribusi per unit)
BEP(unit) = 7.500.000/2.000 = 3.750 unit
_ BEP (rupiah)
Terlebih dahulu harus dihitung Rasio Margin Kontribusi
_ Harga penjualan per unit Rp. 5.000,- 100 %
_ Biaya Variabel per unit Rp. 3.000,- 60 %
_ Margin kontribusi Rp. 2.000,- 40 %
Ratio margin kontribusi = 0,40
BEP (rupiah)= (Biaya tetap Total : Rasio Margin kontribusi)
= Rp. 7.500.000/0,40
= Rp. 18.750.000,-
Margin Of Safety
Tingkat Penjualan yang dibudgetkan – Tingkat penjualan BEP
MS = X 100 % Tingkat penjualan yang dibudgetkan
- Marjin Keamanan ( Margin of Safety )
Margin of Safety adalah suatu informasi mengenai sampai tingkat berapa
perusahaan boleh mengalami penurunan penjualan namun perusahaan tidak mengalami
kerugian.Dalam Hal ini semakin besar Margin of Safety makin baik untuk
perusahaan karena perusahaan bias mengalami penurunan yang cukup jauh.
Margin of Safety adalah informas tentang jumlah maksimum penurunan nilai
penjualan. (Darsono Prawironegoro&Ari Purwanti,2008:125)
Margin of Safety dicaru dengan mengurangi jumlah penjualan pada titik impas,
Semakin besar margin of safety
semakin besar perusahaan dapat memperoleh laba dan begitu pula sebaliknya.
Ratio Margin of safety dapat
dihubungkan langsung dengan tingkat keuntungan perusahaan yang menggunakan cara
sebagai berikut :
Profit % = Margin
income ratio x Ratio Margin of safety
DOL (Degree Of Leverage)
Operasi hasil leverage dari adanya
biaya operasi tetap dalam arus pendapatan perusahaan. Tingkat kehadiran biaya
operasi tetap dalam aliran pendapatan suatu perusahaan diukur dengan tingkat
operating leverage (DOL).
DOL =
|
Persentase Perubahan Laba Sebelum
Bunga dan Pajak (EBIT)
|
|
Persentase Perubahan Penjualan
|
Keuangan memanfaatkan hasil dari
adanya biaya keuangan tetap dalam arus pendapatan perusahaan. Tingkat kehadiran
biaya keuangan tetap dalam aliran pendapatan suatu perusahaan diukur dengan
tingkat leverage keuangan (DFL).
DFL =
|
Persentase Perubahan Laba (NI)
|
|
Persentase Perubahan Laba Sebelum
Bunga dan Pajak (EBIT)
|
Perusahaan yang sering memiliki
kedua operasi dan leverage keuangan. Hal ini menyebabkan meningkatkan total
atau gabungan dari kehadiran keduanya beroperasi tetap dan biaya keuangan dalam
arus pendapatan perusahaan. Memanfaatkan Dikombinasikan diukur oleh tingkat
leverage gabungan (DCL).
DCL =
|
Persentase Perubahan Laba (NI)
|
|
Persentase Perubahan Penjualan
|
Perhatikan bahwa DCL = DFL × DOL
Tingkat
DOL (Degree Of Leverage)
Perusahaan yang memiliki derajat
yang lebih besar memiliki tingkat leverage yang lebih besar dari biaya tetap.
Dan dengan demikian, mereka cenderung memiliki lebih besar impas poin
dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki leverage. Keuntungan memiliki derajat
yang lebih besar dari leverage adalah bahwa volume penjualan suatu perusahaan
meningkat melampaui titik impas, marjin yang meningkat. Kerugian dari memiliki
derajat yang lebih besar dari leverage adalah bahwa karena titik impas yang
lebih tinggi, yang berarti bahwa perusahaan yang dibutuhkan untuk mencapai
volume penjualan yang lebih tinggi untuk mencapai titik impas. Pada kondisi
baik ketika penjualan tinggi, lebih tinggi tingkat leverage yang memungkinkan
perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan. Pada zaman buruk ketika penjualan
tidak baik, perusahaan dapat meminimalkan kerugian dengan memiliki tingkat
lebih rendah dari leverage.
Contoh:
Pada contoh di bawah, EBIT suatu
perusahaan diproyeksikan bawah dua struktur biaya yang sangat berbeda.
Laporan Laba Rugi
|
Tinggi leverage
|
Rendah leverage
|
||||||||
Penjualan
|
$
|
100,000
|
100
|
%
|
$
|
100,000
|
100
|
%
|
||
Variabel Biaya Operasional
|
-20,000
|
-20
|
-40,000
|
-40
|
||||||
Marjin Kontribusi
|
80,000
|
80
|
60,000
|
60
|
||||||
Tetap Biaya Operasional
|
-40,000
|
-40
|
-20,000
|
-20
|
||||||
EBIT
|
$
|
40,000
|
40
|
%
|
$
|
40,000
|
40
|
%
|
Perhatikan perusahaan mengalami
tingkat yang sama dari penjualan, sementara itu memiliki struktur biaya yang
sangat berbeda.
Sekarang perhatikan apa yang terjadi
pada perusahaan di bawah setiap pilihan ketika penjualan mereka turun menjadi $
50.000.
Laporan Laba Rugi
|
Tinggi leverage
|
Rendah leverage
|
||||||||
Penjualan
|
$
|
50,000
|
100
|
%
|
$
|
50,000
|
100
|
%
|
||
Variabel Biaya Operasional
|
-10,000
|
-20
|
-20,000
|
-40
|
||||||
Marjin Kontribusi
|
40,000
|
80
|
30,000
|
60
|
||||||
Tetap Biaya Operasional
|
-40,000
|
-80
|
-20,000
|
-40
|
||||||
EBIT
|
$
|
0
|
0
|
%
|
$
|
10,000
|
20
|
%
|
Ketika drop penjualan untuk $
50.000, pilihan leverage yang tinggi menurun ke titik impas, sementara pilihan
leverage yang rendah meminimalkan kerugian. Sekarang perhatikan apa yang
terjadi pada kenaikan penjualan perusahaan untuk $ 150.000.
Laporan Laba Rugi
|
Tinggi leverage
|
Rendah leverage
|
||||||||
Penjualan
|
$
|
150,000
|
100
|
%
|
$
|
150,000
|
100
|
%
|
||
Variabel Biaya Operasional
|
-30,000
|
-20
|
-60,000
|
-40
|
||||||
Marjin Kontribusi
|
120,000
|
80
|
90,000
|
60
|
||||||
Tetap Biaya Operasional
|
-40,000
|
-27
|
-20,000
|
-13
|
||||||
EBIT
|
$
|
80,000
|
53
|
%
|
$
|
70,000
|
47
|
%
|
Ketika penjualan suatu perusahaan
meningkat, struktur biaya pilihan dengan tingkat lebih tinggi leverage dapat
memaksimalkan keuntungan perusahaan.
Kesimpulan
Break Even point atau BEP adalah
suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus
dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang
timbul serta mendapatkan keuntungan / profit.
Break event point adalah suatu
keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun
rugi/ impas (penghasilan = total biaya)