Jumat, 25 Mei 2012

Analisa Kredit


Analisis kredit adalah suatu proses analisis kredit dengan menggunakan pendekatan-pendekatan dan rasio-rasio keuangan untuk menentukan kebutuhan kredit yang wajar. Goals dari analisis premohonan kredit adalah untuk memperoleh keyakinan apakah nasabah mempunyai kemauan dan kemampuan memenuhi kewajibannya kepada bank secara tertib, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya, sesuai dengan kesepakatan dengan bank.hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelesaian kredit nasabah, terlebih dahulu harus terpenuhinya Prinsip 6 C’s Analysis, yaitu sebagai berikut:

1. Character

Character adalah keadaan watak dari nasabah, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan.

Sebagai alat untuk memperoleh gambaran tentang karakter dari calon nasabah tersebut, dapat ditempuh melalui upaya antara lain:
a.       Meneliti riwayat hidup calon nasabah
b.      Meneliti reputasi calon nasabah tersebut di lingkungan usahanya
c.       Meminta bank to bank information (Sistem Informasi Debitur)
d.      Mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha dimana calon nasabah berada
e.       Mencari informasi apakah calon nasabah suka berjudi
f.       Mencari informasi apakah calon nasabah memiliki hobi berfoya-foya
g.      Apakah Calon Nasabah berpoligami

2. Capital

Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu semakin tinggi kesungguhan calon nasabah dalam menjalankan usahanya dan bank akan merasa lebih yakin dalam memberikan kredit. Modal sendiri juga diperlukan bank sebagai alat kesungguhan dan tangung jawab nasabah dalam menjalankan usahanya karena ikut menanngung resiko terhadap gagalnya usaha.dalam praktik, kemampuan capital ini dimanifestasikan dalam bentuk kewajiban untuk menyediakan self-financing, yang sebaiknya jumlahnya lebih besar daripada kredit yang dimintakan kepada bank.

3. Capacity

Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana calon nasabah mampu untuk mengembalikan atau melunasi utang-utangnya secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya.
Pengukuran capacity tersebut dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan berikut ini:
a.   Pendekatan historis, yaitu menilai past performance, apakah menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu
b.      Pendekatan finansial, yaitu menilai latar belakang pendidikan para pengurus
c.     Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon nasabah mempunyai kapasitas untuk mewakili badan usaha yang diwakilinya untuk mengadakan perjanjian kredit dengan bank
d.   Pendekatan manajerial, yaitu menilai sejauh mana kemampuan dan keterampilan nasabah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan
e.  Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon nasabah mengelola faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, sumber bahan baku, peralatan-peralatan, administrasi dan keuangan, industrial relation sampai pada kemampuan merebut pasar.

4. Collateral

Collateral adalah barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. Collateral tersebut harus dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauh mana resiko kewajiban finansial nasabah kepada bank. Pada hakikatnya bentuk collateral tidak hanya berbentuk kebendaan tetapi juga collateral yang tidak berwujud seperti jaminan pribadi (borgtocht), letter of guarantee, letter of comfort, rekomendasi dan avalis.

5. Condition of Economy

Condition of Economy, yaitu situasi dan kondisi politik , sosial, ekonomi , budaya yeng mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat yang kemungkinannya memengaruhi kelancaran perusahaan calon debitur. Untuk mendapat gambaran mengenai hal tersebut, perlu diadakan penelitian mengenai hal-hal antara lain:
a.       Keadaan konjungtur
b.      Peraturan-peraturan pemerintah
c.       Situasi, politik dan perekonomian dunia
d.      Keadaan lain yang memengaruhi pemasaran

6. Constraint

Constraint adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksankan pada tempat tertentu, misalnya pendirian suatu usaha pompa bensin yang disekitarnya banyak bengkel las atau pembakaran batu bata.

Dari keenam prinsip diatas, yang paling perlu mendapatkan perhatian account officer adalah character, dan apabila prinsip ini tidak terpenuhi, prinsip lainnya tidak berarti. Dengan perkataan lain, permohonannya harus ditolak.

Sedikitnya ada 5 aspek yang harus dianalisis dalam menganalisis kredit, antara lain :
1. Aspek Manajemen
2. Aspek Pemasaran
3. Aspek Teknis
4. Aspek Keuangan
5. Aspek Legalitas dan Agunan

Kredit berdasarkan tujuan penggunaannya, kita bagi dalam 2 kategori, yaitu :
1. Kredit Produktif
2. Kredit Konsumtif.

Pendekatan-pendekatan atau metode-metode yang biasa kita pakai dalam menganalisis kredit modal kerja adalah Turn Over Method, sedangkan untuk menganalisis kredit investasi adalah PP Method, NPV Method dan IRR Method.
Penggunaan pendekatan-pendekatan tersebut tentunya didasarkan dari data keuangan perusahaan yaitu laporan necara dan laba rugi perusahaan yang diberikan kepada bank.

Penilaian Laporan Keuangan

        Cara yang umum diterima untuk meneliti keadaan keuangan seseorang nasabah,  ialah dengan jalan memperoleh Neraca,  Laporan Rugi - Laba dan keterangan - keterangan lainya. Sebaiknya diusahakan agar diperoleh laporan keuangan yang sudah diaudit, karena auditor dapat memberikan pandangan yang bebas tentang keadaan keuangan nasabah sebagai hasil dari pemeriksaan terhadap pembukuan nasabah.

        Sebelum melangkah dalam penilaian Neraca dan Laporan Rugi Laba, maka perlu diperhatikan apakah data yang disajikan sudah sesuai dengan prinsip – prinsip  akuntansi yang berlaku dan terjamin kebenaranya.
Sedapat mungkin diperoleh laporan keuangan untuk beberapa periode atau minimal laporan keuangan 2 periode yang terakhir. Terhadap laporan keuangan ini antara lain dapat diterapkan tehnik analisa sebagai berikut :

1.  Analisa per pos/komponen
2.  Analisa Prosentase per komponen
3.  Analisa Perbandingan/ Analisa Naik Turun
4.  Analisa Ratio

(1) Analisa per pos/komponen adalah meneliti/menganalisa masing-masing pos yang ada dalam neraca maupun laporan rugi-laba. Misalnya Analisa terhadap pos Pihutang Dagang, (a) harus diperoleh daftar nama, alamat, jumlah pihutang dan analisa menurut umur (age analysis); terutama untuk pihutang-pihutang yang besar. (b) Analisa mutu dari piutang tersebut untuk tahun terakhir dan tahun sebelumnya  (berapa % pihutang yang baik, cukup, lemah, kecil-kecil).  (c) Bagaiman kegiatan penagihan yang dilakukan perusahaan, (d) Sebutkan pula syarat penjualan, daerah penjualan, (e) Tentukan kecukupan Cadangan Kerugian Pihutang dan lain sebagainya.
           
(2) Analisa Prosentase per komponen .
Dalam tehnik ini laporan keuangan disajikan dalam prosentase-prosentase; yaitu prosentase dari masing-masing pos neraca terhadap total aktiva, sedangkan untuk pos-pos laporan rugi – laba prosentase dihitung  bea terhadap jumlah penjualan bersih.
Dengan cara ini akan diketahui tentang :
a)      tingkat investasi pada masing-masing pos (over investment atau sebalinya under investment).
b)      struktur pemodalan.
c)      jumlah atau prosentase dari setiap rupiah penjualan yang terserap dalam tiap-tiap biaya.

(3) Analisa Perbandingan
Dalam analisa ini kita mengadakan perbandingan pos-pos dalam neraca dan laporan rugi – laba dari suatu periode dengan periode lainya. (periode yang berurutan). Dengan analisa ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi, dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian terhadap suatu perubahan maka harus diperhatikan perubahan yang terjadi dalam pos-pos yang lain yang mempunyai hubungan yang logis/erat dengan pos yang bersangkutan.

(4) Analisa Ratio
Ratio mengambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu pos atau kelompok pos dengan pos atau kelompok pos yang lain baik yang tercantum dalam neraca maupun dalam laporan rugi – laba.
Dengan mengadakan analisa ratio akan dapat diketahui posisi keuangan nasabah/calon peminjam kredit. Dibawah ini diuraikan beberapa ratio yang penting dalam hubunganya dengan kepentingan analisa kredit.

1.   Ratio Likuiditas; yaitu ratio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai operasi dan memenuhi kewajiban finansiil pada saat ditagih. Ratio-ratio likuiditas antara lain :
a.       Current ratio, yaitu rasio antara aktiva lancar dengan hutang lancar
b.      Cash ratio, yaitu rasio antara(kas + bank) dengan hutang lancar
c.       Quick ratio, yaitu ratio antara ( aktiva lancar minus persediaan) dengan hutang lancar
         d.      Inventory to working capital, yaitu ratoi antara : persediaan dengan (aktiva lancar minus hutang lancar)  atau ratio antara persediaan dengan modal kerja.
2.   Ratio Leverage : yaitu ratio untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dari hutang. Dengan mengetahui leverage ratio akan dapat dinilai tentang : (a) Posisi perusahaan terhadap seluruh kewajibannya kepada pihak lain (b)  kemampuan perusahaan dalam memenuhi kawajiban yang bersifat tetap (c) keseimbangan antara nilai  aktiva tetap dengan modal.

Leverage ratio antara lain :
a.    Debt to equity ratio; yaitu ratio antara total hutang dengan modal sendiri.
Ratio ini menunjukkan berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang. Bagi perusahaan makin besar ratio ini akan semakin menguntungkan, tetapi bagi pihak bank makin besar ratio ini berarti akan semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan perusahaan yang mungkin terjadi.
b.   Current liabilities to net worth; yaitu ratio antara hutang lancar dengan modal sendiri.
Ratio ini menunjukkan bahwa dana-dana pinjaman yang segera akan ditagih ada sekian kalinya modal sendiri. Ratio ini sifatnya sama dengan dept to equity ratio.
c.    Tangible assets dept coverage; yaitu ratio antara aktiva tetap berwujud dengan hutang jangka panjang. Ratio ini menunjukkan besarnya setiap rupiah aktiva tetap berwujud yang dipergunakan untuk menjamin hutang jangka panjang.
d.   Long term dept to equity ratio; yaitu ratio antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Ratio ini menunjukkan berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panjang.
e. Dept service; yaitu ratio antara (EBIT minus pajak plus bunga) dengan (angsuran kredit + bunga).
EBIT = Laba bersih sebelum pajak.
Ratio ini menunjukkan bahwa laba operasi ada sekian kalinya kewajiban membayar angsuran kredit beserta bunganya. Makin kecil ratio ini maka resiko bank semakin besar.

3. Ratio Aktifitas ; yaitu ratio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari atau kemampuan perusahaan dalkam penjualan, penagihan pihutang maupun pemanfaatan aktiva yang dimiliki.
Ratio aktivitas ini antara lain :
a.  Perputaran Persediaan (Inventory turn over); yaitu ratio antara penjualan dengan rata-rata persediaan yang dinilai berdasar harga jual atau kalau memungkinkan ratio ini dihitung dengan memperbandingkan antara Harga Pokok penjualan dengan rata-rata persediaan.
Ratio ini menunjukkan berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan ini berputar dalam satu tahun/periode. Makin besar turn over berarti makin baik.
b.   Average collection periode; yaitu ratio antara pihutang dengan penjualan neto per hari secara kredit.
Ratio ini menunjukkan berapa lamanya dana perusahaan ditanamkan dalam komponen pihutang atau berapa lama periode penagihan pihutang. Dari ratio ini akan didapat diketahui likuiditas pihutang. Makin kecil ratio ini makin baik.
c.   Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over); yaitu ratio antara penjualan netto dengan aktiva tetap.
Ratio ini menunjukkan berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.
d.   Perputaran Modal Kerja (working capital turnover); yaitu ratio antara Penjualan Neto dan Modal kerja.
Ratio ini menunjukkan berapa kali dana yang tertanam dalam modal kerja berputar dalam satu periode; atau jumlah penjualan yang bisa dicapai oleh setiap rupiah modal kerja.

4. Ratio rentabilitas ; yaitu ratio-ratio yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan.
Ratio-ratio yang dapat digunakan untuk menilai rentalibilitas antara lain adalah :
a. Profit Margin : dalam hubungannya antara profit margin dengan penjualan.
b. Return on investment; yaitu ratio antara laba operasionil dengan total aktiva (%).
Ratio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan (modal asing dan modal sendiri). Makin tinggi ratio ini semakin baik.
c. Return on Equity; yaitu ratio antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri.
Ratio ini menunjukkan produktivitas dari dana-dana pemilik perusahaan di dalmam perusahaanya sendiri. Ratio ini juga menunjukkan rentabilitas dan efffisiensi modal sendiri.
Makin tinggi ratio ini akan semakin baik karena posisi modal pemilik perusahaan akan semakin kuat, atau rentabilitas modal sendiri yang semakin baik.
d. Laba per lembar saham; yaitu ratio antara laba dengan lembar saham yang beredar.
Ratio ini akan memberikan gambaran kepada pemegang saham tentang keuntungan yang akan diperoleh. (seandainya bank akan menanamkan dalam bentuk saham!).
Dengan mengadakan analisa ratio akan diketahui posisi keuangan perusahaan, lebih-lebih kalau ratio dari beberapa tahun, maka akan dapat diketahui perkembangan atau kecenderungan posisi keuangan perusahaan. Tetapi perlu diingat bahwa hasil anakisa ratio tersebut bukanlah merupakan suatu alat yang dapat memberikan jawaban yang pasti untuk keputusa akhir pemberian kredit.

Analisa Sumber dan Pengunaan Modal Kerja 

Maksud utama analisa ini adalah untuk mengetahui bagaimana dana digunakan dan bagaimana kebutuhan dana tersebut dibelanjai/dipenuhi. Dari mana datangnya dana dan untuk apa dana itu digunakan. Dengan mengadakan analisa nterhadap laporan tersebut dapat diketahui bagaimana perusahaan itu mengelola/menggunakan dana yang dimiliki. Pengertian dana di sini adalah sama dengan modal kerja yaitu selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Prosedur analisa sumber dan penggunaan dana lihat halaman 113 dan seterusnya.

Rencana Penerimaan & Pengeluaran Kas (Budget Kas)

Budget kas adalah gambaran atas seluruh rencana penerimaan dan pengeluaran uang tunai yang bertalian dengan rencana-rencana keuangan perusahaan dan transaksi lainnya yang menyebabkan perubahan-perubahan pada posisi kas atau menunjukkan aliran kas (cash flow) perusahaan tersebut. Dari budget kas akan ditentukan :
-        kapan dan beberapa besarnya deposisi kredit akan dilaksanakan, serta jangka waktu kreditnya.
-        kapan dan berapa besarnya angsuran kredit dapat dilakukan.
-        Kemungkinan adanya surplus/defisit karena rencana operasi perusahaan.
Kalau diperbandingkan dengan analisa atau laporan sumber dan pengunaan kas, maka perbedaannya terletak pada tujuannya. Laporan sumber dan penggunaan kas menunjukkan darimana uang kas diterima dan digunakan untuk apa saja uang kas yang telah/akan diterima dalam periode tersebut, sedangkan csha budget tujuannya lebih jauh dari itu yaitu ingin mengetahui  saat-saat penerimaan dan pengeluaran uang (serta jumlahnya masing-masing) serta saat-saat adanya surplus atau defisit kas.
Penyusunan budget kas, menurut Drs. Bambang Riyanto dalam bukunya Dasar-dasar Pembelanjaan halaman 90, dapat dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut :
1.  Menyusun  estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasionil perusahaan. Transaksi-transaksi di sini merupakan transaksi operasi (operating transactions). Pada tahap ini dapat diketahui adanya defisit atau surplus karena rencana operasinya perusahaan.
2. Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari bank atau sumber-sumber dan lainnya yang diperlukan untuk menutup defisit kas karena rencana operasinya perusahaan. Juga disusun estimasi pembayaran bunga kredit tersebut beserta waktu pembayarannya kembali. Transaksi-transaksi di sini merupakan transakai finansiil (fiinancial transactions).
3. Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi finansiil dan budget kas yang final ini merupakan gabungan dari transaksi operasionil dan transaksi finansiil yang menggambarkan estimasi penerimaan dan pengeluaran kas keseluruhan.

Sumber:
Buku Analisis Laporan Keuangan