Laporan
perubahan kas (cash flow statement) atau laporan sumber dan penggunaan kas
disusun untuk menunjukan perubahan kas selama satu periode dan memberikan
alasan mengenai perubahan tersebut dengan menunjukan darimana sumber-sumber kas
dan penggunaan-penggunaanya.
Laporan sumber dan penggunaan kas menggambarkan atau menunjukan aliran atau gerakan kas yaitu sumber-sumber penerimaan dan penggunaan kas dalam periode yang bersangkutan.
Laporan sumber dan penggunaan kas menggambarkan atau menunjukan aliran atau gerakan kas yaitu sumber-sumber penerimaan dan penggunaan kas dalam periode yang bersangkutan.
Laporan
sumber dan penggunaan kas akan dapat digunakan sebagai dasar dalam menaksir
kebutuhan kas dimasa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada.
Tujuan
Cash Flow Statement yaitu:
- Menunjukkan perubahan kas selama satu periode.
- Mengidentifikasi sumber-sumber Kas selama satu periode.
- Mengidentifikasi penggunaan Kas selama satu periode.
Sumber Penerimaan Kas
Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya, berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya.
Akan tetapi, suatu perusahaan yang
memiliki tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang
besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerninkan adanya over investment dalam kas
dan berarti pula perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas.
Jumlah kas yang relatif kecil akan
diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungannya yang di peroleh
akan lebih besar, tetapi suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan
(rentabilitas) tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan
berada dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan. Kas harus
direncanakan dan diawasi dengan baik. Baik penerimaan maupun penggunaannya.
Sumber
penerimaan kas suatu perusahaan :
1. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva
tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud (intangible assets), atau
adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas.
2. Penjualan, emisis saham atau adanya tambahan modal
dari pemilik dalam bentuk kas.
3. Pengeluaran surat tanda bukti hutang, baik jangka
pendek (wesel) maupun utang jangka panjang (utang obligasi, utang hipotik, atau
utang jangka panjang lain) serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan
penerimaan kas.
4. Bertambahanya Hutang (kewajiban ) baik jangka pendek
maupun panjang.
5. adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar
selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas pembayaran, berkurangnya
persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai, adanya
penurunan surat berharga (efek) karena ada penjualan dan sebagainya.
6. adanya penerimaan kas karena sewa , bunga atau
devuden dari investasinya, sumbangan, hadiah dan restitusi pajak.
Sedangkan
penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan karena adanya transaksi-transaksi
sebagai berikut:
1).
Penggunaan kas
a. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi
jangka pendek maupun jangka panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya.
b. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya
pengembalian kas perusahaan oleh pemilik perusahaan.
c. Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek
maupun utang jangka panjang.
d. Pembelian barang secara tunai, adanya pembayaran
biaya opersi yang meliputi upah dan gaji, pembelian supplies kantor, pembayaran sewa, bunga,
premi asuransi, advertensi, dan adanya persekot-persekot biaya maupun persekot
pembelian.
e. Pengeluaran kas untuk pembayaran dividen (bentuk
pembagian laba lainnya secara tunai), pembayaran pajak, denda-denda, dan
sebagainya.
f. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan. Terjadinya
kerugian dalam operasi perusahaan dalam mengakibatkan berkurangnya kas atau
menimbulkan utang yaitu bila diperlukan dana untuk menutup kerugian tersebut.
Timbulnya utang sebenarnya merupakan sumber dana tetapi dana ini digunakan
untuk menutup kerugian tersebut.
Penyusunan laporan perubahan kas atau laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan meringkas jurnal penerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas.
Cara ini memakan waktu yang lama karena harus menggolongkan setiap transaksi kas menurut sumber masing-masing serta tujuannya, dan cara ini hanya dapat dilakukan oleh internal analisis yang memungkinkan memperoleh datanya dengan lengkap dan masih murni.
Bagi eksternal analisis, menyusun laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan menganalisis perubahan yang terjadi dalam laporan keuangan yang diperbandingkan antara dua waktu atau akhir periode serta informasi-informasi lain yang mendukung terjadinya perubahan tersebut.
Dalam menganalisis perubahan yang terjadi harus diperhatikan kemungkinan adanya perubahan atau transaksi yang tidak mempengaruhi kas (noncash transaction).
Transaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi
uang kas antara lain sebagai berikut:
a. Adanya pengakuan atau pembebanan depresiasi, amortisasi,
dan deplesi terhadap aktiva tetap, intangible asset dan dan wasting asset.
Biaya depresiasi ini merupakan biaya yang tidak memerlukan pengeluaran kas.
b. Pengakuan adanya kerugian piutang baik dengan membentuk
cadangan kerugian piutang maupun tidak dan penghapusan piutang karena piutang
yang bersangkutan tidak dapat ditagih.
c. Adanya penghapusan atau pengurangan nilai buku dari
aktiva yang dimiliki karena aktiva ybs telah habis disusutkan atau sudah tidak
dapat dipakai lagi.
d. Adanya pembayaran stock deviden, adanya penyisihan atau
pembatasan pengguanaan laba dan adanya penilaian kembali (revaluasi) terhadap
aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.
e. Terhadap trasnsaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi kas
tersebut harus dilakukan jurnal penyesuaian (adjustment dan reversal )
Dalam menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan kas, dimana dana dalam artian kas memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mendaftar pos-pos neraca yang diperbandingkan antara
dua titik waktu tertentu dalam kolom pertama dan kedua.
b. Mendaftar pos-pos laporan laba rugi dari tahun yang
diperbandingkan (current year).
c. Tentukan kenaikan dan penurunan yang terjadi pada
pos-pos neraca, tunjukkan dalam kolom ”Perubahan” debit dan kredit. Kolom
perubahan debit untuk mencatat adanya kenaikan aktiva, penurunan utang dan
modal serta bertambahnya biaya serta berkurangnya penhasilan. Sedangkan kolom
kredit untuk mencatat penurunan aktiva, kenaikan utang dan modal, bertambahnya
penghasilan dan berkurangnya biaya.
d. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada
pos-pos neraca dan pos-pos laba rugi untuk menentukan adanya perubahan yang
tidak mempengaruhi kas.
e. Membuat jurnal penyesuaian dalam lembar kerja
tersebut untuk menghilangkan akibat atau pengaruhtransaksi nonkas yang sudah
dicatat dalam periode tersebut.
f. Memindahkan saldo atau perubahan setelah disesuaikan
kecuali perubahan kas) Ke dalam kolom “Kenaikan dan Penurunan Kas” atau “Sumber
dan Penggunaan Kas”. Penurunan aktiva (selain kas), kenaikan utang, modal dan
penghasilan merupakan sumber kas, sedangkan kenaikan aktiva (selain kas), penurunan
utang, modal dan kenaikan biaya merupakan penggunaan kas. Perubahan kas tidak
perlu dipindahkan ke kolom sumber dan penggunaan kas karena perubahan kas
inilah yang dianalisis, selisih jumlah kolom sumber kas dengan penggunaan kas
harus sama dengan perubahan yang terjadi dalam pos “Kas”.
g. Untuk penyusunan laporan sumber dan penggunaan kas
datanya diambil dari dua kolom terakhir dari lembar kerja.
Pengertian
Modal Kerja
Istilah
modal kerja digunakan dalam arti yang berbeda-beda. Pendekatan yang praktis
adalah dengan memperkenalkan penggunaan istilah yang ditemui pada laporan
tahunan perusahaan, dimana modal kerja didefinisikan sebagai aktiva lancar
dikurangi kewajiban lancar. Jhon Fred Weston dan Thomas E.Copeland (1996 : 327)
menjelaskan bahwa modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang
tunai, surat berharga, piutang dan persediaan, dikurangi dengan kewajiban
lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar.
Ada
tiga konsep atau definisi modal kerja yang umum dipergunakan menurut Munawir S
(1995 : 114), yaitu:
1.Konsep
kuantitatif
Konsep
ini Menitik beratkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan
perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin atau menunjukkan
jumlah dana yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini
menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar.
Dalam
konsep ini tidak mementingkan kualitas dari modal kerja, apakah modal kerja
dibiayai para pemilik, hutang jangka pendek, sehingga dengan modal kerja yang
besar tidak mencerminkan tingkat keamanan para kreditur jangka pendek yang
besar juga. Bahkan menurut konsep ini dengan adanya modal kerja yang besar
tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan
likuiditas perusahaan yang bersangkutan.
2.Konsep
Kualitatif
Konsep
ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian
modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang lancar. Definisi ini
bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih
besar dari hutang lancar dan menunjukkan pula tingkat keamanan bagi para
kreditur jangka pendek, serta menjamin kelangsungan operasi dimasa mendatang
dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek
dengan jaminan lainnya.
3.Konsep
Fungsional
Konsep
ini menitik beratkan pada fungsi dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan
pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana yang dimiliki
oleh perusahaan sepenuhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba, ada sebagian
dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang
akan datang. Misalnya bangunan, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap
lainnya.
Ada
2 konsep utama modal kerja menurut James C. Van Horn dan John M. Wachowicz, Jr.
(1997 : 214) yaitu :
1.Modal
Kerja Bersih
Yaitu
perbedaan jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini merupakan
ukuran sejauh mana perusahaan dilindungi dari masalah likuiditas.
2.Modal
Kerja Kotor
Yaitu
Investasi perusahaan dalam aktiva lancar (seperti kas, sekuritas, piutang, dan
persediaan).
Jenis-jenis Modal Kerja
Modal
kerja merupakan kekayaan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan
kegiatan perusahaan sehari-hari. Modal kerja ini akan selalu berputar sedangkan
aktiva lancar yang umumnya akan menjadi uang kas dalam suatu periode akuntansi.
Mengenai
jenis-jenis modal kerja dapat dibedakan menjadi dua bentuk menurut W.B. Taylor
(1995 : 61) yaitu:
1.
Modal Kerja Permanen
Yaitu
modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan
fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus
diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:
a)
Modal Kerja Primer, yaitu jumlah
modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas
usahanya.
b)
Modal Kerja Normal, yaitu jumlah
modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.
2.
Modal Kerja Variabel
Yaitu
modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan sesuai perubahan keadaan,
dan modal kerja ini dibedakan antara:
a)
Modal Kerja Musiman, yaitu modal
kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
b)
Modal Kerja Siklis, yaitu modal
kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan Karena fluktuasi konjungsi.
c)
Modal Kerja Darurat, yaitu modal
kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak
diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan
ekonomi mendadak).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja
Modal
kerja yang cukup memang sangat penting bagi suatu perusahaan. Menurut Munawir S
(1995 : 117) untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup oleh suatu
perusahaan bukanlah hal yang mudah. Karena modal kerja yang dibutuhkan oleh
suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut:
1.
Sifat atau tipe dari perusahaan
Modal
kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih rendah bila dibandingkan
dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri, karena untuk perusahaan jasa tidak
memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan. Kebutuhan
uang tunai untuk membayar pegawainya maupun untuk membiayai operasinya dapat
dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan-penerimaan saat itu juga, sedangkan
piutang biasanya dapat ditagih dalam waktu yang relatif pendek. Sifat dari
perusahaan jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan modal-modalnya
sebagian besar pada aktiva tetap yang digunakan untuk memberikan pelayanan atau
jasanya kepada masyarakat.
Sedangkan
untuk perusahaan industri, keadaan sangatlah ekstrim karena perusahaan industri
harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaan
tidak mengalami kesulitan dalam operasinya sehari-hari.
2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh
barang yang akan dijual serta harga
persatuan barang tersebut.
Kebutuhan
modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan
untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan
diproduksi sampai barang tersebut dijual. Karena semakin panjang waktu yang
dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang tersebut semakin besar pula
modal kerja yang dibutuhkan. Disamping itu pokok persatuan barang untuk
mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan.
3.
Syarat pembelian bahan atau barang dagang
Syarat
pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang akan dibutuhkan untuk
memproduksi barang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh
perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu
pembelian yang menguntungkan, semakin sedikit uang kas yang harus
diinvestasikan dalam persediaan bahan atau barang dagangan, sebaliknya bila
pembayaran atas bahan atau barang yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam
jangka waktu yang pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai
persediaan semakin besar pula.
4.
Syarat penjualan
Semakin
lunak kredit yang digunakan oleh perusahaan kepada para pembeli akan
mengakibatkan semakin besar jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam
sektor piutang. Untuk memperendah dan memperkecil jumlah modal kerja yang harus
diinvestasikan dalam piutang dan untuk memperkecil adanya piutang yang tidak
dapat ditagih, sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada pembeli,
karena dengan begitu pembeli akan tertarik untuk membayar hutangnya dalam
periode diskonto tersebut.
5.
Tingkat perputaran persediaan
Tingkat
perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam
arti dibeli atau dijual kembali. Semakin tingkat perputaran persediaan tersebut
maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan
dalam persediaan) semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang
tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan pekerjaan secara teratur
dan efisien. Selain itu semakin cepat atau semakin tinggi perputaran akan
semakin memperkecil resiko kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau
karena perubahan selera konsumen, disamping itu menghemat ongkos penyimpanan
dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.
Langkah-langkah Dalam Analisis Sumber Dan Penggunaan Modal
Kerja
Sebelum
mengemukakan langkah-langkah dalam menganalisis sumber dan penggunaan modal
kerja, akan dikemukakan terlebih dahulu yang termasuk kedalam sumber modal
kerja dan juga penggunaan modal kerja.
Sumber Modal Kerja
Munawir
S (1995 : 119) menjelaskan pada dasarnya sumber modal kerja itu terdiri dari 2
bagian pokok, yaitu:
a. Bagian yang tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah
minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa
kesulitan keuangan, dan
b. Jumlah modal kerja yang variabel yang jumlahnya
tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan diluar aktivitas yang
biasa.
Sedangkan
sumber-sumber modal kerja suatu perusahaan menurut Munawir S (1995 : 121) pada
umumnya dapat berasal dari :
1) Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah pendapatan yang
nampak dalam laporan perhitungan laba rugi ditambah dengan depresiasi dan
amortisasi.
2) Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi
jangka pendek), dalam menganalisis sumber modal kerja yang berasal dari
keuntungan penjualan surat-surat berharga harus dipisahkan dengan modal kerja
yang berasal dari hasil usaha pokok perusahaan. Dari hasil penjualan surat
berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu
dari bentuk surat berharga berubah menjadi kas.
3) Penjualan aktiva tidak lancar, perubahan aktiva tidak
lancar menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja.
Apabila hasil dari penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar ini tidak
digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan, akan menyebabkan keadaan
aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang
dibutuhkan (adanya modal kerja yang berlebih-lebihan).
4) Penjualan saham atau obligasi, Perusahaan dapat
mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang guna memenuhi kebutuhan
modal kerjanya penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa perusahaan
harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan hutang dalam
bentuk obligasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan Penjualan
obligasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan (terlalu besar) disamping
menimbulkan beban bunga yang besar, juga akan mengakibatkan keadaan aktiva
lancar yang besar sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan.
Penggunaan Modal Kerja
Penggunaan
modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva
lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak
selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki
oleh perusahaan.
Penggunaan
yang mengakibatkan turunnya modal kerja menurut Munawir S (1995 : 125) adalah
sebagai berikut :
1)
Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan.
2) Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena
adanya penjualan surat-surat berharga atau efek, maupun kerugian insidentil
lainnya.
3) Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar
untuk tujuan tertentu dalam jangka panjang.
4) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi
jangka panjang atau aktiva lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya
aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal
kerja.
5) Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi
hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk hutang lainnya, serta penarikan
atau pembelian kembali saham perusahaan yang beredar, atau adanya penurunan
hutang jangka panjang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar.
6) Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik
perusahaan untuk kepentingan pribadinya. Dengan kata lain adanya penurunan
sektor modal yang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar atau bertambahnya
hutang lancar dalam jumlah yang sama.
Disamping
penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja tersebut,
ada pula pemakaian aktiva lancar yang tidak merubah jumlahnya baik jumlah modal
kerjanya maupun jumlah aktiva lancarnya itu sendiri, yaitu penggunaan modal
kerja atau aktiva lancar yang hanya menyebabkan atau mengakibatkan berubahnya
bentuk aktiva lancar (modal tidak berubah), misalnya :
-
Pembelian efek secara tunai.
-
Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai.
-
Perubahan suatu bentuk piutang kebentuk piutang lainnya.
Langkah-langkah
Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Laporan
tentang perubahan modal kerja akan memberikan gambaran tentang bagaimana
manajemen mengelola perputaran atau sirkulasi modalnya. Laporan ini akan dapat
memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan yang mungkin timbul baik dari pihak
manajemen, para pemegang saham, kreditur, maupun pihak-pihak lainnya.
Adapun
langkah-langkah dalam penyusunan laporan sumber dan penggunaan modal kerja
menurut Bambang Riyanto (1995:355) adalah sebagai berikut :
1) Menyusun laporan perubahan modal kerja, laporan ini
menggambarkan perubahan dari masing-masing unsur modal kerja antara dua titik
waktu. Dengan laporan tersebut dapat diketahui adanya kenaikan atau penurunan
modal kerja dan besarnya perubahan modal kerja.
2) Mengelompokan perubahan-perubahan dari unsur-unsur non
current accaounts antara dua titik waktu tersebut kedalam golongan yang
mempunyai efek memperbesar modal kerja dan golongan yang mempunyai efek
memperkecil modal kerja.
3) Mengelompokan unsur-unsur dalam laporan laba ditahan
kedalam golongan yang perubahannya mempunyai efek memperbesar modal kerja dan
golongan yang mempunyai efek memperkecil modal kerja.
4) Berdasarkan informasi diatas dapatlah disusun laporan
sumber-sumber dan penggunaan modal kerja.
Analisa Break Event (Titik Impas)
Pengertian Analisis
Break Even Poin (Titik Impas)
Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan (penghasilan = total biaya)
Namun
ada juga yang membuat pengertian break even point sebagai berikut :
1). Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point atau
titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam
operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total
penghasilan = Total biaya).
2). Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point
disebut juga Cost Volume Profit Analysis. Arti penting analisis break even
point bagi menejer perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan adalah
sebagai berikut, yaitu :
a. Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
b. Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk
mendapatkan laba tertentu.
c. Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa
ditolerir agar perusahaan tidak menderita rugi.
3). Menurut Purba (2002) Titik impas (break even)
berlandaskan pada pernyataan sedarhana, berapa besarnya unit produksi yang
harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
produk tersebut.
4). Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah
suatu keadaan impas yaitu apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu
periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya
tidak menderita kerugian.
5). Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu
keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi
artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat
ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya
variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.
6). Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point
adalah tingkat penjualan yang diperlukan untuk menutupi semua biaya
operasional, dimana break even tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama
dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan break even adalah membagi
harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya Tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah
penjualan dan biasanya ditetapkan berdasarkan kontrak, misalnya sewa gudang.
Sedangkan biaya variabel tergantung langsung dengan penjualan, bukan fungsi
dari waktu, misalnya biaya angkut barang.
Manfaat BEP :
1. Alat perencanaan untuk hasilkan laba.
2.
Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang
bersangkutan.
3.
Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan.
4.
Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan
dimengerti.
Kompenen
yang berperan pada BEP yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya
variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan
suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya
tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun
tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya
ini
Ada 2(dua) alasan mengapa para pelaku bisnis menerima alasan
ini:
1. Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas.
2. Perusahaan-perusahaan telah menemukan bahwa informasi
yang didapat dari metode titik impas ini sangat menguntungkan di dalam
pengambilan keputusan.
Salah
satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan
pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat
dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :
1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional
serendah-rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kunatitas.
2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan
laba yang dikehendaki.
3. Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.
Kegunaan Break Even Point
Diatas telah dikemukakan bahwa analisa break even point sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan.
Analisis
Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhui. Asumsi-asumsi
tersebut adalah :
1. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat
dikelompokan dalam biaya variabel dan biaya tetap.
2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara
proporsional dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel
per unitnya adalah tetap.
3. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun
ada perubahan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per
unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
4. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per
unit produk yang diproduksi.
5. Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode
tertentu.
6. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila
lebih dari satu jenis komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan
(tetap).
Analisa
break even point juga dapat digunakan oleh pihak menejemen perusahaan dalam
berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai :
1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan
tidak mengalami kerugian.
2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan
tidak mengalami kerugian.
3. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume
yang terjual agar perusahaan tidak menderita kerugian.
4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun
volume penjualan terhadap laba yang diperoleh.
Break
even point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun
ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk :
1. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan
akan beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel
dengan biaya tetap.
2. Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara
umum.
3. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus
dicapai jika perusahaan menginginkan break even point dalam suatu proyek yang
diusulkan.
Menurut
Harahap (2004) Dalam analisa laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus
break even point untuk mengetahui :
1) Hubungan antara penjualan biaya dan laba.
2) Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel.
3) Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya
dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.
4) Untuk mengetahui hubungan antara cost, volume, harga dan
laba.
Analisa
break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-tindakan
yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan
pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya
semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan
tetapi analisa break even point mampu memeberikan informasi kepada pimpinan
perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan
kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
Kelemahan Analisa Break Even Point
Sekalipun Analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek.
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi salesman ini tetap unutk range atau volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.
4. Menentukan Break Even
Point (BEP) / Titik ImpasSemi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi salesman ini tetap unutk range atau volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.
• Mathematical Approach
BEP dapat ditentukan atau dihitung berdasarkan formula tertentu, yaitu:
BEP = Fixed Cost / (harga perunit – varibel cost perunit) (rumus 1)
BEP = Fixed Cost / (1-(Sales price/unit / – variabel cost/unit)) = Rp……… (rumus 2)
Formulasi break even point yang dikembangkan:
Break even point adalah titik dimana perusahaan belum memperoleh keuntungan tetapi juga tidak dalam kondisi rugi, maka Break Even Point dapat kita formulasikan secara sederhana sebagai berikut:
BEP – TR = TC
TR = Total Revenue
TC = Total Cost
• Graphical Approach
Secara grafis titik break even ditentukan oleh persilangan antara garis total revenue dan garis total cost.
Keterbatasan Analisis Break Even Point
Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini at dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual dalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even. Dalam kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab ini bagi analis perlu diketahui bahwa analisis break even mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:
• Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
• Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
• Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
• Sales mix adalah konstan
berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP) akan bergeser atau berubah apabila:
1.
Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana
perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan
bergeser keatas atau sebaliknya.
perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan
bergeser keatas atau sebaliknya.
2.
Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan
menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan
menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
3.
Perubahan dalam sales price per unit
Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
4.
Terjadinya perubahan dalam sales mix
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.
5. Margin
Of Safety
Margin of safety dalam hubungannya dengan analisis break even yaitu untuk menentukan seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Formulasinya adalah sebagai berikut:
M/S = (Budget sales – BEP) /
Budget salesMargin of safety dalam hubungannya dengan analisis break even yaitu untuk menentukan seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Formulasinya adalah sebagai berikut:
Budget Sales adalah jumlah penjualan yang telah ditargetkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar